Ji-young dan Byuk-soo bahkan menonton bersama. Mereka
menonton film Jepang “Over The Fence”.
Awalnya penjaga tiket mengira Ji-young menonton sendirian seperti biasanya
tetapi terlihat senang melihat Byuk-soo bersama Ji-young. Ji-young ragu melihat
kursi penonton yang cukup penuh. Tapi Byuk-soo meyakinkannya dengan memegang
tangan Ji-young. Byuk-soo tersenyum sepanjang film. Sedangkan Ji-young sesekali
mencuri pandang pada Byuk-soo.
Mereka berbelanja di supermarket. Ji-young bertanya
sebaiknya masak apa dan mulai mengambil beberapa bahan makanan. Byuk-soo
bertanya apa Ji-young lupa jika akhir minggu ini dia pindah. Ji-young mengelak
tentu saja tidak. Lalu mengapa dia beli banyak sekali. Ji-young sebal dan
menjawab dia akan makan semuanya. Ji-young melihat Byuk-soo masih memakai
cincin. Dia melepas cincin itu dan melemparkannya. Ji-young berlalu. Byuk-soo
tersenyum, akhirnya yang ditunggu telah tiba. Ledakan cemburu.
Byuk-soo mengejar Ji-young. Dia bertanya Ji-young kenapa.
Ji-young berteriak dia tidak tahu. Byuk-soo tersenyum lebar dan mencium Ji-young.
Ji-young menggigitnya. Byuk-soo berteriak dan bertanya. Ji-young berkata,”
sudah kubilang”. Dia akan gigit kalau dicium. Byuk-soo marah dan bilang akan
pergi dan jangan coba menghentikannya. Tapi Ji-young tak bereaksi. Kesal, Byuk-soo
pergi. Ji-young melihatnya pergi dan kecewa.
Ji-young bergerak pergi, tapi Byuk-soo kembali dan
menariknya. Byuksoo berteriak kesal, frustrasil. Dia berkata jujur bahwa semua
ini rencananya, dia tidak berniat pindah, dia ingin bersama Ji-young. Dia marah
karena Ji-young mendorongnya pergi makanya dia bohong. Dia tidak mau berbuat
bodoh lagi.
Byuksoo berteriak, ”Jika kamu tidak membuka hatimu, aku
ingin tetap menerobos masuk.”
Dia kesal Ji-young tak menahan kepergiannya. Ji-young
takut walaupun dia melarangnya tetapi bagaimana jika akhirnya Byuk-soo tetap
pergi.
Ji-young bertanya, ”Kamu menyukaiku atau hanya
membutuhkan tempat untuk tinggal?
“Kamu sungguh tidak tahu?” tanya Byuk-soo.
Jiyoung bertanya, ”Kenapa kamu menyukaiku? Seseorang
mengatakan seleranya aneh pada orang yang mengencaniku.”
“Semua orang tersenyum di depan, namun menusuk dari
belakang,” imbuh Byuk-soo, “Kamu, dingin di luar tapi hatimu hangat.”
Byuk-soo menjelaskan, “Orang-orang mudah tertipu dengan
penampilan, padahal hati seseorang yang terpenting.”
Ji-young berkata, “Aku mungkin akhirnya akan melukaimu
juga.”
“Kalau takut akan hal itu, maka aku tidak akan memulai
apa pun. Jika memang aku bisa selangkah lebih dekat denganmu meski harus
terluka dulu, aku tidak takut... untuk melaluinya.” ujar Byuksoo meyakinkan Ji-young.
“Aku tidak akan berubah. Apakah itu...tidak masalah?”
tanya Ji-young.
“Kamu tidak perlu berubah.Tetaplah begitu, aku akan merengkuhmu.
Kamu hanya perlu memberiku izin untuk melakukannya.” ungkap Byuk-soo.
Ji-young mendekat dan menempelkan telunjuknya di dada
Byuksoo sambil menggumamkan sesuatu. Byuk-soo tak mengerti
"Baiklah", aku barusan mengatakannya!” kata
Jiyoung malu.
Mereka berpelukan. Byuk-soo berkata berarti dia bisa
tetap bersama Jiyoung malam ini dan malam berikutnya. Ji-young mengiyakan. Ji-young
meminta Byuk-soo memahaminya. Byuk-soo meminta untuk berbicara informal, Ji-young
mencibir memang Byuk-soo begitu terhormat. Byuk-soo hendak mencium Ji-young.
Dia melihat sekeliling bertanya haruskah kita pulang dulu, Ji-young memeriksa
situasi dan menolak pulang. Byuk-soo menciumnya dan Ji-young juga membalas
ciumannya. Cukup lama sampai tetangga selantai mereka melihat dan hanya berlalu
saja
Jiyoung bernarasi, ”Aku merasa seolah dapat menghapus
masa lalu... dan menjadi sosok berbeda seutuhnya.”
Mereka berdua hidup bersama. Ji-young menyukai perubahan
itu. Dia menyesuaikan hidup bersama Byuk-soo. Mereka selalu melakukan hal-hal
manis dan selalu meluangkan waktu bersama. Seperti membeli tempat tidur baru,
memberi ruang untuk Byuk-soo. Kebahagiaan terlukis di wajah Ji-young setelah
sekian lama. Tetapi setiap ibunya menelpon atau pria itu sms mood Ji-young berubah dengan cepat.
Saat berangkat bekerja Byuk-soo tak sengaja menyenggol
laptop Ji-young sampai terjatuh. Diapun membawanya ke teknisi, teknisi bilang
kerusakannya tidak parah dan data-datanya bisa dikembalikan. Di kantor, Byuk-soo
dimarahi atasannya. Walaupun terpilih sebagai perwakilan ke luar negeri dia
ragu-ragu dan menolaknya. Kenapa mendaftar jika akhirnya dia menolak, tukas
atasannya. Byuk-soo hanya menjawab, dia dulu iseng daftar karena sedang galau
baru putus. Keluar negerinya kan tidak lama, cuma setahun. Atasannya menebak
pasti karena pacar baru Byuk-soo, Byuk-soo mengiyakan beralasan takut putus
karena baru seumur jagung.
Di meja kerjanya, Byuk-soo memeriksaa keadaan laptop Ji-young.
Byuk-soo penasaran dengan folder bernama ‘diary’ dan diapun membukanya. Folder
itu ditujukan pada dr. Jung Soo-kyung psikiater Ji-young. Byuk-soo membaca
keseluruhannya dan mengetahui semua yang telah dialami Ji-young. Bahkan jika
sebenarnya Ji-young sudah tahu bahwa ayahnya sedang sekarat dan selama ini
ayahnyalah yang mengiirim sms. Byuk-soo menangis dan menyadari Ji-young tak
setegar dan sekeras kelihatannya, juga fakta Ji-young menutupi semua ini
darinya.
Byuk-soo mencari dan menemui Soo-kyung. Soo-kyung langsung
menebaknya sebagai unit 705 yang sering dikeluhkan Ji-young. Byuk-soo mengaku
telah membaca diari Ji-young tanpa izin. Byuk-soo merasa dirinya belum
sepenuhnya mengenal Ji-young yang sebenarnya. Dia ingin hubungan mereka
berlanjut dan semakin kuat. Soo-kyung bertanya apakah dia yakin, karena hal itu
akan sulit dibanding hubungan yang biasanya. Soo-kyung menyarankan putus, namun
Byuk-soo menolak.
Byuk-soo meminta saran pada Soo-kyung. Soo-kyung
menjelaskan bahwa Ji-young layaknya berjalan di atas lapisan tipis dari es. Jika
orang lain coba mendekat, dia mendorong mereka menjauh agar bisa bertahan. Maka
Byuk-soo harus membuat Ji-young mendekat padanya. Byuk-soo harus menjadi zona
yang aman bagi Ji-young, sebuah dinding baja yang kokoh. Byuk-soo memikirkannya
dan sebuah ide terlintas saat dia berjalan pulang.
Di rumah Ji-young membuat selai. Saat ada telepon masuk
Ji-young menolaknya dan mengatakan itu hanya spam. Ji-young mengusulkan untuk
mengubah sandi rumah mereka agar Byuk-soo gampang mengingatnya. Byu-ksoo
setuju, Jiyoung mengusulkan 1225. Byuk-soo menggoda itukan hari dimana cinta
mereka bersemi, Ji-young mengelak itu hanya hari saat kita tidur bersama lagi
pula itu hari ulang tahunnya, malu. Byuk-soo bertanya tentang orang tua Ji-young,
Ji-young menjawab jika mereka masih berhubungan baik.
Kemudian Byuk-soo bertanya saat dia meninggalkan tanaman
itu dan pergi tanpa pamit apakah Ji-young merasa terluka. Ji-young mengelak dan
menjawab dia bukan tipe orang seperti itu. Dia sekuat baja, tandasnya. Byuk-soo
kemudian mengingat saran Soo-kyung untuk menyetujui saja semua yang Ji-young
katakan, tertawa dan menangis bersamanya. Maka dia akan mempercayai Byuksoo.
Byuk-soo memeluk Ji-young dari belakang sambil berkata, “Aku
tidak peduli meski kamu terbuat dari baja maupun kaca.”
Dia akan menjadi orang yang menangis dan tertawa bersama
Ji-young. Saat Ji-young berkata apa, Byuk-soo memintanya menutup mata dan
memberinya hadiah seekor anak kucing. Ji-young kurang antusias, tapi saat
ditanya akan dinamai apa. Ji-young menamainya Bori.
bersambung ke part berikutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar