Ji-young berpikir apakah dia terlalu rumit selama ini.
Karena saat dia mencoba bergaul, ternyata itu tidak sesulit dugaannya. “Ini
sangat mudah dan sederhana”, batinnya. Dia mendengar suara Byuk-soo, dia
menoleh dan melihat Byuk-soo diantar wanita cantik dan mereka terlihat akrab.
Mereka membicarakan apartemen baru yang akan ditempati Byuk-soo. Wanita itu
bahkan menawari Byuk-soo tinggal bersamanya selama dua minggu sambil menunggu
apartemen itu siap. Ji-young merengut.
Byuk-soo menghampiri Ji-young dan mencium bau minuman.
Dia bertanya dengan siapa Ji-young minum. Ji-young senang Byuk-soo penasaran dan
kemudian menyiapkan jawaban. Sebelum dia bisa menjawab dia minum bersama
laki-laki Byuk-soo mengalihkan pembicaraan pada kucing Ji-young.
Byuk-soo bertanya, ”Ah, soal kucingnya. Apa dulu kamu
memeliharanya?
Ji-young menjawab singkat, “Sudah mati. Kenapa?” Ji-young
kesal dan berkata dalam hati, “Aku juga minum bersama orang lain, tahu! Bukan
kamu saja yang punya teman.”
“Bukan apa-apa, aku hanya ingin memelihara kucing lagi,”
jawab Byuk-soo sambil menambahkan, “milikku sebelumnya sudah pergi entah kemana.
Ye Jin punya alergi, jadi waktu itu aku tidak bisa merawat kucing. Kamu tidak
ingin memelihara kucing lagi?”
“Aku menyesali pernah melakukannya,” tukas Ji-young. “Kurasa,
dia tidak penasaran,” batin Ji-young sedih.
“Kamu pasti sedih saat kucingmu mati,” tanya Byuk-soo.
“Itu sudah takdir,” tandasnya Ji-young. Ji-young kesal
Byuk-soo tidak peduli dia dekat dengan orang lain padahal Jiyoung memikirkannya
sepanjang hari. Saat ditanya apakah Jiyoung menangis saat kucimngnya mati.
Jiyoung menjawab dia paling benci menyia-nyiakan emosi karena menjengkelkan
sekali. Namun saat ditanya apakah ada hal yang dia sukai, Ji-young menjadi
tertarik namun menjawab singkat bahwa dia hanya menyukai dirinya sendiri.
Pak Choi mendapat sms dari Byuk-soo. Dia terganggu karena
Byuk-soo terus curhat padanya. Di dalam lift apartemen, Ji-young bertanya apa
Byuk-soo jadi pindah. Byuksoo menjawab dia perlu menumpang di tempat temannya
kemudian dia siap pindah. Ji-young mencibir, baguslah kalau begitu. Byuksoo
hendak memberikan nomer ponselnya tapi urung karena tak yakin Jiyoung akan
butuh. Byuk-soo bersiap-siap pindah, saat Ji-young lewat dia tidak melihat.
Tapi dia tersenyum mencurigakan.
Ji-young tidak fokus saat bekerja. Walaupun terlihat
tidak peduli dia sebenarnya memikirkan Byuk-soo. Saat membuka pintu Ji-young
tersenyum melihat Byuk-soo keluar kamar. Tapi Byuk-soo tidak memperhatikan dan
langsung pergi. Ji-young melihat tanaman layunya yang kini segar diletakkan di
luar pintu Byuk-soo. Dia kesal dan curhat di jurnalnya. Menyebalkan sekali
pindah tanpa pamit, keluhnya. Tiba-tiba bel pintunya berbunyi dia berjalan
pelan mengintip. Dia tersenyum melihat Byuk-soo di depan pintu. Dengan
sok-sokan dia bertanya siapa bertamu dan kenapa malam-malam begini. Byuk-soo
ingin bicara dengannya.
Ji-young bergegas merapikan kamarnya dan menyembunyikan
tanamannya. Dia bahkan merapikan dirinya dulu. Dia membuka pintu tapi masih
dirantai dan pura-pura terkejut. Byuk-soo berkata dia dari tadi menunggunya di
ujung jalan tapi mungkin bersimpangan. Dia ingin berpamitan tapi tidak tahu
nomer ponsel atau tempat tinggal Ji-young sambil terbatuk-batuk dan mengusap
hidung. Ji-young menutup pintu, Byuk-soo memanggilnya.
Ji-young membuka pintunya dan menyuruh Byuk-soo masuk.
Byuk-soo menolak, Ji-young pun menyinggung Byuk-soo bahkan tidak mau masuk ke
rumahnya tapi malah mau saja tinggal dengan wanita itu. Byuk-soo kesal Ji-young
hanya berpura-pura tidak tahu akan hal itu. Byuk-soo tidak bisa tinggal dengan
wanita itu karena wanita sudah balikan dengan mantannya. Dengan melas dia
bilang akan tinggal di sauna dan meminta Ji-young menjaga kesehatan karena
udara dingin. Mencurigakan. Byuk-soo pergi sambil batuk-batuk, aigoo.
Ji-young iba dan menyusulnya ke lift. Ji-young bilang dia
akan shift malam selama dua minggu,
jadi kebetulan sekali, Ji-young menawari Byuk-soo untuk tinggal saja di
rumahnya saat Ji-young bekerja. Jadi mereka tidak akan bertemu, tapi Byuk-soo
tidak enak dan menolak. Ji-young bilang aku melakukannya karena membayar
kebaikanmu. Byuk-soo ragu, Ji-young lalu mengusulkan Byuk-soo harus keluar
rumah jika Ji-young sedang libur jadi mereka tidak berada di tempat yang sama
di waktu bersamaan.
Ji-young menata tempat tidur di lantai bahkan menyiapkan
aroma terapi. Byuk-soo hanya memperhatikannya. Ji-young mengambil jaketnya dan
bilang dia harus pergi kerja. Saat Byuk-soo mengingatkan bukannya dia baru
pulang, Ji-young hanya mendelik. Byuk-soo mengucapkan selamat tinggal. Byuk-soo
melambaikan tangan di jendela saat Ji-young pergi. Ji-young menoleh dan
menyuruhnya menutup jendela dan memakai selimut, tapi Byuk-soo malah
melambaikan tanaman yang sudah segar itu. Ketahuan deh.
Byuk-soo menelpon Pak Choi. Dia tak percaya rencananya
berhasil dan sekarang dia berada di rumah Ji-young. Tuh kan. Pak Choi berpesan
untuk berhati-hati jangan sampai merusak hubungannya seperti yang dulu. Byuk-soo
mengiyakan dan dia tidak akan membiarkan dirinya terluka karena terlalu baper.
Perawar Park kaget, melihat Ji-young saat hari liburnya berada di ruang ganti.
Ji-young beralasan tidak bisa tidur tapi kemudian dia bilang ingin bertukar shift dengan Perawat Park dengan alasan
pribadi. Perawat Park heran tidak biasanya, ada apa ini tapi tetap bilang dia
dengan senang hati akan bertukar shift
dengan Ji-young.
Ji-young pulang ke rumah dan melihat Byuk-soo telah
pergi. Dia melihat sarapan telah tersaji di meja dengan sebuah pesan dari Byuk-soo.
Dia bilang hanya ini yang tersisa di kulkas dan meminta Ji-young mencuci
piringnya. Ji-young berbaring tanpa mencuci piring, mungkin dia gak suka kali.
Dia terlihat senang. Byuk-soo pulang dan melihat Ji-young masih tertidur, dia
menatap Ji-young dengan wajah yang hangat. Ji-young terbangun dan segera pergi
bekerja. Hehe padahal biasanya Ji-young harus minum obat tidur.
Byuk-soo mencuci piring-piring yang ditinggalkan Ji-young.
Dia mencoba membuka laptop Ji-young tapi gagal karena disandi. Ji-young dan Byuk-soo
berpapasan di depan apartemen. Ji-young menyapanya. Byuk-soo memanggilnya
kembali dan memakaikan syalnya pada Ji-young. Ji-young mulai berpikir hidup
bersama orang lain tidak begitu buruk kelihatannya. Di pagi berikutnya, mereka
berpapasan di depan pintu. Ji-young tidak tahu kata yang normal yang harus dia
katakan. Dia pun bilang “annyeong haseyo”
dengan kikuk pada Byuk-soo.
Ji-young berpikir untuk bertanya apa Byuk-soo sudah makan
belum. Tapi dia malah bilang, ”Aku belum makan.” Hahaha. Byuk-soo juga belum
makan, dia bersiap pergi karena ini hari libur Ji-young. Ji-young pun dengan
terpatah-patah mengajak Byuk-soo makan bersama. Byuk-soo sangat senang dan
hanya menatap Ji-young saja saat mereka di restoran. Bibi di restoran senang
dan bilang ini pertama kalinya Ji-young mengajak seseorang makan dengannya.
Byuk-soo pun menggoda Ji-young dengan sok perhatian. Ji-young kesal dan melahap
makanannya.
bersambung ke part berikutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar