Adegan sedikit di rewind saat Byuk-soo mencoba
membangunkan Ji-young yang tak sadarkan diri karena obat tidur. Kemudian mereka
membicarakan tentang masa lalu Byuk-soo dan mengagetkan Ji-young tampak terpengaruh
dan menunjukkan rasa peduli atas kepedihan Byuk-soo. Untuk menghindari suasana
yang kikuk, Byuk-soo mengucapkan selamat ulang tahun untuk Ji-young. Tapi
tiba-tiba Jiyoung mengajak Byuk-soo untuk naik ke ranjangnya. Byuk-soo hanya
menjawab dia akan segera pergi dan ranjang Ji-young kan sempit. Tapi Ji-young
menjawab tidak akan terlalu sempit jika mereka menggunakannya bersama. Omo.
Byuk-soo terperanjat dan mencoba mengolah ajakan Ji-young
itu. Sekejap Byuk-soo tergoda dan memastikan keseriusan Ji-young dan Ji-young
ternyata serius. Tetapi akal sehat Byuk-soo mencoba menampik hal itu dan dia
mengancam pergi. Dia juga memperingatkan agar Ji-young tidak bicara ngawur dan
mengatakan hal itu pada lelaki lain. Dia memperingatkan Ji-young agar tidak
melakukan hal yang akan dia sesali nanti.
Byuk-soo menegaskan, ”Aku pria baik, makanya aku pergi.
OK?”
Tetapi Ji-young menahan tangan Byuk-soo dan memintanya
tetap bersamanya. Ji-young menjelaskan terkadang dia tidak ingin sendirian,
begitu juga dengan hari ini. Lagipula mereka bukan orang asing juga. Byuk-soo
dilema tetap menjadi lelaki baik atau setuju saja dengan ajakan Ji-young. Namun
sepertinya ketertarikan Byuk-soo pada Ji-young lebih besar, dia menyerah dan
duduk mendekati Ji-young. Byuk-soo pikir ini cara untuk bisa lebih dekat dengan
Ji-young.
Mereka berdua sama-sama canggung. Byuk-soo mendekatkan
wajahnya pada Ji-young, mencoba menciumnya. Namun langsung ditampar Ji-young,
dia tidak mengijinkan Byuk-soo menciumnya. Kalau Byuk-soo memaksa dia akan
menggigitnya. Byuk-soo mengiyakan dan mencoba melaps baju Ji-young. Lagi-lagi
Ji-young menampik tangannya dan mengatakan mereka bisa melepaskan pakaian
masing-masing. “Ah, kamu pikir aku tidak punya tangan?”
Byuk-soo kembali menurutinya. Dia mencoba melepas pakaiannya
dan menasehati Ji-young untuk tidak terlalu defensif pada orang-orang yang
mendekati dirinya karena di dunia ini masih banyak orang baik. Seperti juga
Ji-young, yang sebenarnya lebih baik dari kelihatannya. Bukannya menerima
dengan baik Ji-young malah menjawab dengan, “Buka saja bajumu, tutup mulutmu
itu.” Sekali lagi Byuk-soo hanya menuruti perkataan Ji-young.
Ji-young terbangun dan kesal melihat Byuk-soo yang tidur
sambil memeluknya. Dia tidak terbiasa dengan hal itu. Dia mengusir Byuk-soo
dari kamarnya dan menutup pntu dengan keras. Byuk-soo berpikir bahwa Ji-young pasti
malu. Ji-young segera menghilangkan jejak kebersamaannya dengan Byuk-soo. Dia
mencuci selimut, menyemprotkan pengharum ruangan, dan membersihkan ranjangnya.
Da mencoba meyakinkan dirinya jika hal yang dilakukannya hanya pengaruh obat.
Byuk-soo menggoda dengan mengeong di dinding antara kamar
mereka, Jiyoung menjadi ragu apakah dia sebenarnya juga menginginkan hal itu.
Keesokan paginya Ji-young menuju lift dia melihat Byuk-soo keluar dari kamar
dan siap pergi bekerja. Menghindari kecanggungan, Ji-young akhirnya melakukan
“bang bang tut” untuk memutuskan dia menutup lift untuk Byuk-soo atau satu lift
dengannya. Saat Ji-young hendak menutup lift, Byuk-soo menahan lift. Saat
memasuki lift Ji-young melihat cincing pasangan masih terpasang di jari
Byuk-soo. Hal itu merusak mood
Ji-young. Byuk-soo memulai percakapan dengan nada menggoda, ”Hari ini kamu
shift pagi? Kamu pasti lelah. Semalam berlebihan?”
Ji-young mengelak, “Tidak, tuh.”
Byuk-soo mengatakan dia bingung harus memluainya
bagaimana. Dia tidak pernah memulai hubungan denan arah sebaliknya (kontak fisik
dulu baru berkencan). Ji-young langsung menghardiknya, dia mengejek Byuk-soo
terlalu polos. Ji-young tidak berniat untuk berpacaran dengan laki-laki gampangan
seperti Byuk-soo. Mereka hanya sama-sama kesepian di Hari Natal jadi saling
menghibur saja tidak lebih.
Byuk-soo bingung dengan perkataan Ji-young. Ji-young
malah mengejek apa Byuk-soo minta dibayar juga. Byuk-soo kesal jadi dia gagap
dan mengikuti permainan Ji-young. Ji-young menambahkan dia sekarang sudah
mengganti sandinya, dia khawatir di kemudian hari Byuk-soo menerobos masuk dan
salah paham. Ji-young memintanya agar tidak berbicara memakai banmal dengannya.
Byuk-soo tidak terima dan mengejar Ji-young. Dia membalas
perkataan Ji-young bahwa tidak tidak terlalu menikmatinya juga, harusnya Ji-young
bersyukur ada pria muda yang memperhatikannya. Jangan sok jual mahal gitu, lagi
pula Byuk-soo bukannya gampangan Ji-young saja yang terlalu menutup diri.
Bahkan Byuk-soo memanggilnya Noo-nim tapi seperti biasanya Ji-young hanya
mengabaikannya.
Di kantor, Byuk-soo frustrasi dan curhat pada Pak Choi.
Pak Choi memanggilnya bodoh karena berharap membuat hubungan baru tapi masih
memakai cincin pasangan lamanya. Byuk-soo menyadari kesalahannya dan bingung
bagaimana menjelaskannya pada Ji-young karena Byuk-soo bahkan tidak tahu nomer
ponsel Ji-young. Pak Choi memberinya ide lain yang lebih hebat, dan bertanya
apa Byuk-soo punya teman wanita yang cantik dan bersedia membantu.
Di RS, kepala Ji-young dipenuhi oleh Byuk-soo yang
terus-terusan menggodanya. Dalam bayangannya, Byuk-soo mengejek kalau dia
memang belum bisa move-on dari
Ye-jin. Ji-young sangat terganggu, tapi Byuk-soo ada dimana-mana. Byuk-soo
menggoda dengan berkata dia mau tidur dengannya karena kan Ji-young yang
minta. Byuk-soo terus mengikuti Ji-young.
Bahkan pasien yang didorong saja berubah jadi Byuk-soo dan berkata soal kencan
yang dibicarakan di lift tadi karena Byuk-soo tidak punya pilihan jadi dia
mencoba. Dan itu bisa dengan siapa saja tidak terbatas Ji-young sambil
berteriak menyebut kemungkinan nomor rumah tetangga lain yang bisa
dikencaninya. Hahaha Ji-young sangat frustrasi dengan yang dipikirkannya.
Rekan kerja Ji-young berencana untuk pergi minum bersama.
Perawat Park pamit pada Ji-young untuk pulang terlebih dulu, tapi mereka
terkejut bukan main saat Ji-young meminta mereka menunggunya karena dia akan
ikut. Ji-young mengingat nasehat Byuk-soo untuk tidak menghalau orang lain
untuk mendekatinya. Ji-young menikmati kebersamaannya dengan rekan-rekannya.
Semua orang pulang tinggal Ji-young dan Perawat Park. Perawat Park memulai
pembicaraan dengan berkata bahwa dia tidak hanya mendekati Ji-young untuk
bertukar shift. Walaupun itu termasuk sih, katanya sambil tertawa. Ji-Young
meminta maaf karena membuat Perawat Park bersedih, Perawat Park bilang sudah
tidak apa-apa. Ji-young menyinggung hadiah natal puterinya.
“Aku membohonginya, walaupun aku merasa tidak enak,”
jawab Perawat Park. Dia bersemangat menunjukkan foto anaknya. Perawat Park
ingat perkataan Ji-young tentang santa, dia menambahkan, ”Dia sudah SD
sekarang. Sebentar lagi kujelaskan padanya.” Namun tidak diduga Ji-young
berkata, “Nanti juga dia tahu dengan sendirinya. Biarkan saja sampai saat itu
tiba.” Perawat Park terkejut dan terkesan pada Ji-young ternyata dia orang yang
jauh lebih baik tidak seperti dugaannya selama ini. Ji-young menyanggah dan
malu.
bersambung ke part berikutnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar